Kamis, 30 Januari 2014

Pernah Dengar yang Namanya HIPOTERMIA?



Beberapa waktu lalu aku dapat pengalaman menegangkan saat mendampingi adik-adik pecinta alamku yang sedang melakukan kegiatan ekstrakurikuler. Kejadian ini terjadi malam sebelum pendakian. 

Malam itu keadaan sangat dingin karena baru saja terjadi hujan deras. Ketika panitia pada pergi entah kemana (mungkin rapat anggota) dan hanya tersisa dua panitia cowok dan dua anak PMR yang cowok pula. Para peserta cewek tiba-tiba teriak manggil kakak-kakaknya (termasuk aku). 


Ternyata ada dua peserta cewek mengalami kedinginan akut dalam keadaan tidak dapat diajak komunikasi dengan baju  yang basah. Dan akhirnya aku dan tiga cewek seperjuanganku mau nggak mau harus nolongin tuh peserta. Aku kira hanya kedinginan biasa. Namun, keadaannya yang semakin parah memaksa kami menelpon senior untuk minta tolong. Dari situlah, aku dan teman-temanku tahu bahwa dua peserta tadi mengalami HIPOTERMIA.

Kalian tahu apa itu HIPOTERMIA? Nggak tahu? Ah, kalian pasti kurang info. Hahaha…

Hipotermia adalah suatu kondisi dimana tubuh kehilangan suhu panasnya dengan cepat sehingga menyebabkan temperatur tubuh menurun drastis dan kondisi ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan kematian. Nah loh, ngeri nggak tuh?

Mengapa Hipotermia bisa terjadi?
Pendaki Gunung rawan mengalami Hipotermia

Hipotermia terjadi akibat suhu, angin, dan air yang dingin. Pakaian yang basah, terlalu lama kontak dengan air, terkena kondisi dingin yang lama dan tidak menggunakan pelindung dingin, kurang sehat, kelelahan serta kurang tidur.

Apa tanda-tandanya?

Penderita Hipotermia biasanya akan mengalami hal-hal berikut :
a.      Berbicara melantur
b.      Kulit berubah jadi keabu-abuan
c.       Detak jantung melemah
d.      Tekanan darah  menurun dan terjadi kontraksi otot sebagai usaha tubuh untuk menghasilkan panas
e.      Pada penderita moderate, detak jantung dan respirasi melemah
f.        Pada penderita hipotermia parah, penderita tidak sadar diri, badan menjadi kaku, pupil mengalami dilatasi, hipotensi akut dan pernapasan sangat lambat hingga tidak kelihatan.
g.      Dalam keadaan sangat




Bagaimana menanganinya?

Begini, dari pengalamanku sendiri, waktu itu aku tidak tahu apa-apa bagaimana mengatasi hipotermia. Dalam keadaan panik, aku hanya berusaha mengingat-ingat pelajaran apa yang pernah diajarkan oeh kakak-kakak pecinta alamku dulu. Kata mereka, penderita hipotermia harus secepatnya dibawa ketempat bersuhu hangat dan kering jika memungkinkan serta menghindari konta langsung dengan tanah. Keadaan penderita waktu itu memakai baju basah, bibir membiru, badan bergetar hebat, serta terlihat hampir tidak sadar. Kami segera mengganti bajunya dengan pakaian kering. Salah satu dari mereka segera membaik dan kami memberinya minuman hangat. Namun satu peserta lainnya masih dalam keadaan akut. 

Kami yang tidak pernah punya pengalaman menangani penderita hipotermia hanya berusaha menyelimutinya dengan pakaian hangat. Sedangkan aku terus berusaha mengajaknya bicara walaupun ia tidak menjawab (setidaknya masih menunjukkan bahwa ia mendengarku dengan menganggukkan kepala) . Mengusahakan agar ia tidak tertidur. Karena dengan tidur, membuat suhu tubuhnya semakin turun dengan cepat. Aku juga ingat agar suhu tubuhnya dapat kembali normal, kita dapat memberikan sentuhan dari kulit ke kulit dengan orang yang sehat. Agar suhu tubuh yang hangat dapat mengalirkan suhu pada penderita. Lalu aku dan teman-temanku berusaha menghangatkan tubuh peserta ini dengan menyentuhkan tangan atau kakinya dengan tubuh kami. Aku sendiri menyentuhkan tangannya pada leherku. Dengar-dengar juga, bagian tubuh terhangat adalah leher, kemudian telinga, serta gesekan kedua telapak tangan. Karena di sana terdapat aliran darah utama. Lalu karena suhu tubuhnya terlalu dingin, temanku memasukkan air mendidih  ke dalam botol dan menempelkannya pada kaki penderita. Beberapa puluh menit kemudian, akhirnya penderita dapat aku ajak bicara dan dapat menjawab pertanyaanku. Waktu itu kakinya sempat tidak bisa digerakkan dan merasa sangat dingin. Bahkan ketika kami menyalakan korek api dan menelkan pada kakinya, ia tidak dapat merasakan panasnya kecuali rasa dingin. 

Namun keadaan mulai membaik saat ia dapat membuka mata. Suhu tubuhnya mulai hangat kecuali kakinya. Ia sudah bisa duduk dan kami memberinya minuman hangat. Lalu menyuruhnya memakan bawang merah agar ia merasakan pedas. Dengan merasakan pedas tubuh dapat menaikkan suhunya sendiri. Setelah keadaan mulai normal, ia dibiarkan tidur dan beristirahat. 

Tahu tidak?

Setelah penderita sadar sebaiknya buat perapian atau yang dapat menghangatkan tubuh disekitar     penderita dan berikan makanan manis, karena makanan yang mengandung hidrat arang dapat dengan cepat menghasilkan panas. 

Ada juga kemungkinan si korban bakal mengalami afterdrop, yaitu situasi yang terjadi ketika suhu tubuh malah turun ketika penghangatan. Hal ini disebabkan aliran darah tepi melebar ketika dipanaskan. Pelebaran darah ini akan mengaliran darah yang dingin yang akan menurunkan suhu tubuh sehingga menggangu organ dan menyebabkan kematian. After drop dapat dihindari dengan memanaskan badan saja melalui pembuluh utama. Taruh penghangat tepat di kedua sisi leher, kedua ketiak dan di selangkangan (minimal).

Pada kasus-kasus ekstrem, si korban malah merasa tubuhnya sangat panas, sehingga dia melepas pakaiannya. Ini pernah terjadi di Gunung Salak, yang “memudahkan” pencarian korban oleh tim SAR, yaitu dengan mengikuti jejak dari pakaian2 yg dilepas satu per satu oleh korban. Dan korban ditemukan meninggal dalam keadaan hampir telanjang.Jadi apabila bertemu kasus ekstrem seperti ini menimpa teman seperjalanan anda, jangan sekali-kali mengikuti permintaan/kemauan dia untuk melepaskan pakaiannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar